ADAB MAKAN DAN MINUM
(Mencuci tangan sebelum dan sesudah
makan)
Pagi-pagi
sekali aku sudah siap-siap untuk pergi ke suatu tempat bencana yang sampai
sekarang belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Aku dan teman-teman
SMPN 2 Kendal yang khususnya kelas 8c akan berkunjung ke tempat kejadian dan
menginap untuk beberapa hari.
Tepat pukul 07.00 aku sudah sampai di sekolah. Di sana semua teman-teman ku sudah berkumpul. Tak lupa juga beberapa guru juga mengikuti acara sosial ini. Di acara sosial ini di pimpin oleh wali kelas ku sendiri dan wakilnya ketua kelas ku.
“Ayo-ayo semua berkumpul. Kita sudah di tunggu warga yang di sana.” Suara Pak Budi selaku pemimpin kesiswaan berteriak memberi komando supaya kami semua bisa berkumpul.
“Sebelum kita berangkat menuju tempat bencana , lebih baik kita berdo’a terlebih dahulu. Berdo’a mulai.” Suasana hening sebentar. “Selesai.”
Kami semua berlari ke bis masing-masing untuk mencari tempat duduk. Aku dan teman ku Arni mendapat tempat duduk di bagian tengah.
Fikar selaku ketua kelas mendekati ku. “Fit , apakah semua barang sudah kamu teliti kembali?.” Haduh sampai lupa deh. Aku di sini sebagai seksi barang. Jadi kalau ada satu barang yang tertinggal pasti akan di marahin habis-habisan deh. Aku lupa belum meneliti barang lagi. Keringat dingin mulai keluar dari kulit ku.
“Udah Fik tenang saja. Tadi sebelum Fitri datang , aku udah meneliti barang-barang.” Huh syukurlah Arma datang. Dia memang sahabat ku yang paling top cer deh. Kebetulan dia juga seksi barang seperti ku.
Fikar berlalu dari hadapan ku dan Arma juga sudah kembali ke tempat duduknya yang tepat berada di belakang ku. Sudah 3 jam lebih kami semua menempuh perjalanan. Setiap perjalanan , masih banyak sekali tumbuhan yang berdiri kokoh di pinggir jalan. Maklum di pedesaan. Kalau di perkotaan tak mungkin banyak pohon yang berdiri kokoh di sepanjang jalan. Udara pun masih sangat sejuk sekali. Mungkin polusi yang berada di desa ini masih sedikit , karena untuk transportasi saja masih memakai andong , becak , dan sepeda. Hanya orang-orang tertentu saja yang menggunakan mobil dan kendaraan.
Tepat pukul 07.00 aku sudah sampai di sekolah. Di sana semua teman-teman ku sudah berkumpul. Tak lupa juga beberapa guru juga mengikuti acara sosial ini. Di acara sosial ini di pimpin oleh wali kelas ku sendiri dan wakilnya ketua kelas ku.
“Ayo-ayo semua berkumpul. Kita sudah di tunggu warga yang di sana.” Suara Pak Budi selaku pemimpin kesiswaan berteriak memberi komando supaya kami semua bisa berkumpul.
“Sebelum kita berangkat menuju tempat bencana , lebih baik kita berdo’a terlebih dahulu. Berdo’a mulai.” Suasana hening sebentar. “Selesai.”
Kami semua berlari ke bis masing-masing untuk mencari tempat duduk. Aku dan teman ku Arni mendapat tempat duduk di bagian tengah.
Fikar selaku ketua kelas mendekati ku. “Fit , apakah semua barang sudah kamu teliti kembali?.” Haduh sampai lupa deh. Aku di sini sebagai seksi barang. Jadi kalau ada satu barang yang tertinggal pasti akan di marahin habis-habisan deh. Aku lupa belum meneliti barang lagi. Keringat dingin mulai keluar dari kulit ku.
“Udah Fik tenang saja. Tadi sebelum Fitri datang , aku udah meneliti barang-barang.” Huh syukurlah Arma datang. Dia memang sahabat ku yang paling top cer deh. Kebetulan dia juga seksi barang seperti ku.
Fikar berlalu dari hadapan ku dan Arma juga sudah kembali ke tempat duduknya yang tepat berada di belakang ku. Sudah 3 jam lebih kami semua menempuh perjalanan. Setiap perjalanan , masih banyak sekali tumbuhan yang berdiri kokoh di pinggir jalan. Maklum di pedesaan. Kalau di perkotaan tak mungkin banyak pohon yang berdiri kokoh di sepanjang jalan. Udara pun masih sangat sejuk sekali. Mungkin polusi yang berada di desa ini masih sedikit , karena untuk transportasi saja masih memakai andong , becak , dan sepeda. Hanya orang-orang tertentu saja yang menggunakan mobil dan kendaraan.
****
Akhirnya
sampai juga di tempat kejadian. Sungguh miris sekali melihat kondisi tempat
ini. Rumah-rumah sudah habis di terjang wedus gembel. Mungkin tak cuma rumah
saja yang habis di terjang wedus gembel. Nyawa pun juga ikut di terjangnya.
“Hey ngalamun aja. Kesambet hlo.” Arni menyikut perut ku. Sebenarnya sakit banget , tapi mungkin ini cara dia supaya aku terbangun dari lamunan ku.
“Hehehe iya.” Aku berlalu meninggal Arni sendiri di salah satu tenda yang akan di gunakan untuk tidur teman-teman yang akan bergantian jaga.
Barang-barang yang berada di bagasi bus aku keluarkan satu persatu. Dari nasi , mie , telur , minyak , susu , beberapa helai pakaian dan obat-obatan. Saat aku menurunkan barang-barang itu , ada anak kecil yang menghampiri ku meminta susu. Sungguh malang nasib bocah ini. Kurus sekali. Aku sungguh tak tega melihatnya. Ku beri satu botol susu yang sudah jadi untuk di minumnya.
Setelah barang-barang selesai di turunkan dan di masukan ke tenda. Aku dan teman-teman yang lain berkumpul untuk berbagi tugas.
“Teman-teman , kita kan sudah melihat bagaimana kondisi sodara-sodara kita yang berada di sini. Aku dan Bu Har beserta guru-guru yang lainnya sudah berdiskusi bahwa nanti kita akan di bagi menjadi 4 kelompok.” Fikar menjelaskan dengan sangat halus dan tegas. “Kelompok pertama adalah kelompok mengajar. Kelompok mengajar terdiri dari Denis , Jeje , Nio , Ila , aku , dan Dhia. Tugas kalian adalah mengajari sodara-sodara kalian menulis dan membaca. Kelompok kedua adalah kelompok memasak. Tanza , Wahyu , Tantra , Fisti , Ikhlas , Ana. Kelompok ke empat adalah kelompok yang mengajari mereka tata cara makan dan minum. Mungkin menurut kalian itu masalah sepele. Tetapi kalau bisa di lihat , mereka makan dengan cara yang tidak benar. Bila , Arni , Arma , Ardi , Fitri, Zaki. Sisanya membantu-bantu pekerjaan teman-teman kalian.” Rapat selesai dan tugas di laksanakan.
Benar juga kata Fikar. Mereka belum tahu tata cara makan dan minum dengan benar. Dengan sabar aku mengajari mereka.
“Ayo sebelum kita makan , kita harus cuci tangan terlebih dahulu.”
“Kenapa harus cuci tangan terlebih dahulu?.” Salah satu anak kecil bertanya dengan polosnya.
“Begini adik-adik. Apakah kalian tahu bahwa tangan kalian itu bersih atau tidak. Dari pada nanti kalian sakit karena kuman yang berada di tangan kalian itu masuk ke tubuh lebih baik kita mencuci tangan terlebih dahulu. Dan nanti setelah makan , kita juga harus cuci tangan lagi. ”
“Hey ngalamun aja. Kesambet hlo.” Arni menyikut perut ku. Sebenarnya sakit banget , tapi mungkin ini cara dia supaya aku terbangun dari lamunan ku.
“Hehehe iya.” Aku berlalu meninggal Arni sendiri di salah satu tenda yang akan di gunakan untuk tidur teman-teman yang akan bergantian jaga.
Barang-barang yang berada di bagasi bus aku keluarkan satu persatu. Dari nasi , mie , telur , minyak , susu , beberapa helai pakaian dan obat-obatan. Saat aku menurunkan barang-barang itu , ada anak kecil yang menghampiri ku meminta susu. Sungguh malang nasib bocah ini. Kurus sekali. Aku sungguh tak tega melihatnya. Ku beri satu botol susu yang sudah jadi untuk di minumnya.
Setelah barang-barang selesai di turunkan dan di masukan ke tenda. Aku dan teman-teman yang lain berkumpul untuk berbagi tugas.
“Teman-teman , kita kan sudah melihat bagaimana kondisi sodara-sodara kita yang berada di sini. Aku dan Bu Har beserta guru-guru yang lainnya sudah berdiskusi bahwa nanti kita akan di bagi menjadi 4 kelompok.” Fikar menjelaskan dengan sangat halus dan tegas. “Kelompok pertama adalah kelompok mengajar. Kelompok mengajar terdiri dari Denis , Jeje , Nio , Ila , aku , dan Dhia. Tugas kalian adalah mengajari sodara-sodara kalian menulis dan membaca. Kelompok kedua adalah kelompok memasak. Tanza , Wahyu , Tantra , Fisti , Ikhlas , Ana. Kelompok ke empat adalah kelompok yang mengajari mereka tata cara makan dan minum. Mungkin menurut kalian itu masalah sepele. Tetapi kalau bisa di lihat , mereka makan dengan cara yang tidak benar. Bila , Arni , Arma , Ardi , Fitri, Zaki. Sisanya membantu-bantu pekerjaan teman-teman kalian.” Rapat selesai dan tugas di laksanakan.
Benar juga kata Fikar. Mereka belum tahu tata cara makan dan minum dengan benar. Dengan sabar aku mengajari mereka.
“Ayo sebelum kita makan , kita harus cuci tangan terlebih dahulu.”
“Kenapa harus cuci tangan terlebih dahulu?.” Salah satu anak kecil bertanya dengan polosnya.
“Begini adik-adik. Apakah kalian tahu bahwa tangan kalian itu bersih atau tidak. Dari pada nanti kalian sakit karena kuman yang berada di tangan kalian itu masuk ke tubuh lebih baik kita mencuci tangan terlebih dahulu. Dan nanti setelah makan , kita juga harus cuci tangan lagi. ”
BERDO’A SEBELUM DAN SESUDAH MAKAN
Oke
adik-adik. Setelah kita mencuci tangan , kita berdo’a terlebih dahulu sebelum
makan.
“Kakak…” Tiba-tiba ada seorang anak kecil menarik baju ku dari belakang.
“Kakak…” Tiba-tiba ada seorang anak kecil menarik baju ku dari belakang.
“Iya ada apa
adik ?.” Aku berusaha menjawab dengan sehalus mungkin.
“Kakak ,
ajari aku dong membaca do’a sebelum makan ?.” Dengan tampang yang lugu anak
kecil itu berbicara dengan ku.
“Dengan senang
hati sayang. Sekarang kamu duduk di tempat kamu lagi. Kita membaca do’a
bersama-sama. Gimana setuju ?.”
“SETUJU!!!.”
Anak itu berteriak sambil berlari untuk pergi ke tempatnya.
“Adik-adik
sekarang kita berdo’a bersama-sama.” Aku berdeham terlebih dahulu. “Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa
waqinaa adzaa ban-naar. Sekarang adik-adik boleh makan.”
Ku
lihat adik-adik ku sedang lahap makan. Aku berlari menuju tenda sebelah untuk
para orang tua. Di sana sudah ada Bila , Arni , Ardi. Kebetulan mereka yang bertugas di bagian
orang tua.
“Gimana Fit adik-adik kita ?.” Kata Bila.
“Gimana Fit adik-adik kita ?.” Kata Bila.
“Alhamdulillah
kalau di kasih tahu pada nurut semua. Jadi aku gak terlalu susah juga. Gimana kalau
kamu ?.”
“Kalau
aku si santai saja. Sebagian orang tua di sini sudah tahu tata cara makan dan
minum dengan baik. Jadi gak terlalu susah juga. Hehe.”
“Ya
udah. Aku ke tenda dulu ya.”
Aku
berjalan menuju tenda untuk anak-anak. Ku lihat , adik-adik masih menikmanti
makanannya. Sungguh teramat sangat menyentuh hati. Mereka semua tak ingin
meninggalkan 1 butir nasi pun di piringnya. Sedangkan aku , biasanya menyisakan
butir-butir nasi yang banyak untuk di buang. Mulai sekarang , aku tak akan
pernah menyisakan nasi sedikit pun di piring. Bagaimana pun 1 butir nasi susah
di dapat kalau bukan dengan uang.
****
Menggunakan tangan kanan dan tidak menggunakan
tangan kiri
Dari
pada aku bengong melihat semuanya makan. Lebih baik aku berjalan keliling untuk
melihat-lihat adik-adik apakah makan dengan benar. Kira-kira semuanya tahu
kalau makan itu menggunakan tangan kanan. Eits … ternyata dugaan ku salah
besar. Ada 2 orang yang makan dengan menggunakan tangan kiri. Sebelum itu
terlanjut terlalu lama , aku secepatnya member tahu mereka.
“ADIK-ADIK
TOLONG BERHENTI SEBENTAR MAKANNYA.” Kata ku sembari berteriak.
“Kenapa
kakak ? Kita semua masih lapar.” Kata salah satu anak kecil yang berada di
depan ku.
“Iya
Fit. Kasihan adik-adik kita.” Kata Arma
“Begini
adik-adik. Sebelumnya maaf kakak sudah menyuruh kalian berhenti makan. Kakak mau
tanya. Apakah kalian itu tahu kalau makan itu tidak boleh menggunakan tangan
kiri ?.” sunyi…..
“Ehem.
Kakak lihat , ada salah satu dari kalian kalau makan masih menggunakan tangan
kiri.”
“Emang
kenapa kakak? Kan ini sama-sama tangan.” Kata Syafiq yang makannya menggunakan
tangan kiri. Mungkin dia merasa kalau ada yang salah.
“Rasulullah
saw bersabda , apabila salah seorang dari
kalian makan , maka hendaklah makan dengan menggunakan tangan kanan dan apabila
dia minum , minumlah dengan tangan kanan. Karena setan apabila dia makan ,
makan dengan tangan kiri dan apabila minum , minum dengan tangan kiri.
(HR.Muslim). Jadi kalau makan sebaiknya menggunakan tangan kanan. Memangnya kalian
mau seperti setan kalau makan menggunakan tangan kiri?.”
“Tidak
kakak.”
“Ya
sudah sekarang di lanjutkan dulu makannya. Jangan lupa , pakai tangan kanan.”
“SIAP
KAKAK.” Semuanya serempak menjawab.
“Kok
tadi kamu menjelaskan tentang itu?. Emang tadi ada yang makan menggunakan
tangan kiri.”
“Iya.
Tadi ku lihat 2 orang anak laki-laki makan dengan menggunakan tangan kiri. Salah
satunya tadi yang bertanya sama aku.”
***
Makan dan Minum sambil duduk
“Kok
kamu berdiri?.”
“Iya
kakak. Soalnya aku tidak terbiasa makan sambil duduk. Dulu kalau makan aku
selalu berdiri di pinggir jalan.”
Hati
ku sangat tersentuh sekali. Ternyata masih banyak orang-orang di luar sana yang
membutuhkan bantuan kita. Bantuan itu belum tentu barang , tetapi ilmu.
“Tetapi
di dalam islam tidak boleh makan sambil berdiri. Rasulullah bersabda , dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau
mengatakan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang minum sambil
berdiri. (HR Muslim no. 2004 , Ahmad no. 11775 dll)
“Ooo iya. Berarti sekarang
aku mau duduk saja.”
“Iya
itu harus dan wajib.”
Aku
pergi meninggalkan anak itu di dalam tenda.
Di larang meniup makanan dan minuman yang panas
“Haduh
panas sekali tehnya.” Kata seorang perempuan muda yang duduk di belakang.
“Kalau
panas jangan di tiup. Tarulah minuman itu terlebih dahulu.”
“Kenapa
tidak boleh kakak?.”
“Nanti
malah kamu terkena penyakit.”
Dengan
sabar dan sebisa mungkin aku menjawab semua pertanyaan adik-adik ku. Mungkin di
usia mereka yang sekarang , mereka lebih senang bertanya untuk mengetahui apa
yang ingin dia ketahui.
Tiba-tiba
aku meneteskan air mata saat melihat adik-adik ku. Aku ternyata masih beruntung
bisa berkumpul dengan keluarga. Bisa bercanda bersama. Tidak akan merasakan
kekurangan kasih sayang. Harta benda masih utuh. Tak seperti mereka. Mereka kekurangan
kasih sayang , harta , benda dan juga nyawa. Aku ingin membagi rezeki untuk
mereka. Tetapi hanya ini lah yang bisa aku beri. Pengetahuan tentang tata cara
makan.
Saat
aku sedang duduk di tenda , ada yang mencolek aku dari belakang. Ternyata si
Arma.
“Kamu
terlihat capek Fit. Istirahat saja dulu di tenda panitia.”
“Aku
tidak capek. Tetapi aku begini karena merasa prihatin dengan masa depan adik-adik
kita.”
“Aku
juga merasa begitu. Sudah beberapa bulan mereka di sini. Tetapi dari pemerintah
tak membuka sekolah tenda khusus mereka semua yang terkena bencana.”
*****
Tidak mencela makanan
“Bantu
aku masak buat panitia dong?.” Kata Ana
“Oke
aku bantu. Menunya apa saja ?.”
“Sayur
bayam sama tempe.”
“Oke
aku ke tenda dulu ambil bahan-bahan.”
Aku
berjalan menuju tenda panitia. Di sana ada kulkas untuk menyimpan berbagai
kebutuhan. Kebetulan aku panitia tentang penyediyaan bahan pangan , aku juga
yang mengatur jumlah yang akan di masak. Susah-susah gampang menjadi pantia
penyediyaan pangan. Kalau stok makanan habis harus turun ke kota. Padahal jarak
antara lokasi demean kota lumayan jauh. Harus naik kendaraan terlebih dahulu. Sudah
gitu , jalannya juga jelek-jelek.
Sesampainya
di tenda , aku mendapat kata-kata yang kurang mengenakan di telingaku.
“Eh
nanti makannya yang enak ya? Kalau gak enak , aku gak bakalan makan.” Kata
Cristy.
“Ya.”
Dengan cuek aku menjawab.
Di
tenda memasak semuanya sudah mulai bekerja. Aku membantu membuat bumbu untuk
tempe goreng dan memotong-motong tempenya.
“Makanan
sudah siap.” Kata pak ketua. Hehe
“Oke
sekarang kita bagikan ke teman-teman.”
Ku
beri satu persatu sepiring nasi.
“Huek..apa
ini ? makanan kok asin banget.” Kata Cristy
“Eh
kalau gak suka gak usah makan. Pakai acara ngehina segala. Bantu aja gak ?.”
kata ku.
“Sudah
, sudah. Kamu Crsity !.” Mata Ana melotot “Kalau dari awalnya gak suka gak usah
di makan. Di dalam islam tidak boleh menghina makanan.”
“Iya
deh maaf.”
Berdo’a sesudah makan
Aku dan
teman-teman makan bersama di satu tenda yang besar. Semua berkumpul jadi satu. Termasuk
guru-guru juga.
“Emm
kenyang aku.” Kata Bila yang memang doyan banget makan.
“Aku
juga sudah kenyang.” Kata Arma yang juga doyan makan.
“Oke
semua sudah selesai makannya?.”
“SUDAH.”
Semuanya menjawab demean kompak.
“Sekarang
kita berdo’a terlebih dahulu sebelum kita kembali ke tenda sodara-sodara kita.”
“Alhamdu
lillahhil-ladzi ath-amanaa wa saqaana waja'alanaa muslimiin.”
Selesai membaca do’a , kami semua kembali ke
tenda.